Headlines News :
Home » » Togog, Mbilung dan Pasukan Bhayangkara

Togog, Mbilung dan Pasukan Bhayangkara

Written By Unknown on Sunday, 18 August 2013 | 04:51


TOKOH Togog dan Mbilung dalam dunia wayang digambarkan selalu mengikuti raja yang berwatak jahat atau satria yang hanya mengutamakan harta. Togog dan Mbilung adalah dua orang bersaudara. Togog sebagai kakak dan Mbilung adalah adiknya. Salah satu versi menyebutkan, bahwa Mbilung berasal dari bayangan Togog yang disabda menjadi manusia, dan diangkat menjadi adiknya. Versi ini sama dengan hubungan punakawan Semar dengan Bagong.

Penampilan Togog dan Mbilung dalam panggung wayang sepintas hanya seperti untuk lelucon. Namun kedua tokoh tersebut sebenarnya memanggul tugas yang sangat berat. Sebagai pengawal aturan manusia dan juga sebagai penegak kebenaran, tak beda jauh dengan tugas polisi atau prajurit Bayangkara. Togog dan Mbilung memang hanya satu, namun di situ berwujud dua, karena semua itu hanya untuk menggambarkan lahir dan batin manusia, seperti halnya saat seseorang sedang ngudarasa atau berbicara dengan dirinya sendiri. Dalam ajaran rohani, hal itu merupakan bisikan baik dan buruk dalam diri manusia.
Wayang Togog digambarkan bertubuh bulat, berkepala botak dan bermata lebar, serta berbibir ndower. Sedangkan Mbilung digambarkan bertubuh kecil, di kepala penuh borok, matanya kecil dan terlihat sayu. Nama lain Togog adalah Sanghyang Puguh, sedangkan nama lain Mbilung adalah Sanghyang Sarawita. Togog adalah sosok dewa yang digambarkan abadi dan tak bisa mati. Bahkan Togog dan Mbilung sering disebut dewa ngejawantah, karena tugas Togog dan Mbilung memang berbaur dengan rakyat kelas bawah. Dalam kelir wayang, Togog dan Mbilung memang digambarkan selalu mengikuti raja yang berwatak jahat, namun bukan berarti mengabdi kepada kejahatan. Sanggit watak tersebut dapat diartikan bahwa keduanya selalu berkaitan dengan upaya memberantas kejahatan. Artinya, di mana ada keangkaramurkaan, di situ harus ada sosok Togog dan Mbilung. Bukankah itu sama dengan fungsi polisi? Di mana ada kejahatan, di situ harus ada polisi. Sekecil apapun bentuk kejahatan itu.Mungkin nama Bayangkara hanya kebetulan, namun kenyataan menunjukkan bahwa tugas-tugas polisi selalu berdekatan dengan bebaya lan angkara atau bahaya, kejahatan dan keangkaramurkaan. Sama dengan tugas yang harus diemban oleh Togog dan Mbilung
SEORANG polisi juga harus tetap tegar menghadapi penjahat, meskipun ada iming-iming harta benda yang bisa meruntuhkan citra seorang prajurit Bayangkara. Demikian juga ketika harus menghadapi kejahatan atau pelanggaran yang dilakukan oleh saudara sendiri, teman sendiri maupun tetangga sendiri. Hal itu sebagaimana nama lain Togog, yaitu Sanghyang Puguh, yang berarti tegar, berpendirian kuat dan tak berubah-ubah. Sedangkan Sara berarti tajam dan wita berasal dari kata suwita atau pengabdian. Seorang polisi diharapkan selalu tegas lahir maupun batin, serta berjiwa penuh pengabdian di dalam tugasnya sebagai penegak hukum.
Dalam wayang, Togog memang dapat diartikan sebagai simbol sisi lahir seorang polisi. Tubuh berbentuk bulat, merupakan kebulatan tekad sebagai abdi negara dan hamba hukum. Jari tangan selalu menunjuk, artinya selalu menunjukkan arah benar dan baik. Kepala botak, artinya Togog harus selalu berpikir cerdas dan cepat tanggap terhadap gelagat akan terjadinya tindak kejahatan. Kalau kita analogikan Togog dengan Polisi, dua-duanya harus cerdas menyiasati situasi agar tidak sampai terjadi pertumpahan darah, baik di pihak polisi sendiri maupun penjahat yang diburu. Mata lebar membelalak, maksudnya Togog harus selalu jeli dan waspada, juga perlu menjaga keselamatan dirinya sendiri. Bibir ndower terkesan cerewet, artinya ia berkewajiban juweh memberikan penyuluhan tentang hukum, agar tercipta kondisi yang sejuk di tengah masyarakat. Selain itu, bibir Togog juga menggambarkan bagian prosedur tugas seorang polisi, karena polisi memang diwajibkan memberikan peringatan, baik melalui lisan maupun dengan peluit atau pistol, sebelum menindak pelanggar atau penjahat.
Sementara itu, Mbilung yang kepalanya penuh borok juga merupakan gambaran sisi batin seorang polisi. Bahwa sebagai manusia, seorang polisi kadang-kadang juga punya keinginan jahat, kaya, dan memiliki sesuatu yang bukan haknya. Dalam diri Togog, semua keinginan negatif itu hanya ditahan dan akhirnya mewujud dalam bentuk borok, tidak sampai menjadi tindakan negatif. Dengan kata lain, hanya sebatas angan-angan.Tubuh Mbilung yang kecil, punya makna simbolis, bahwa keberadaan Mbilung yang kecil harus selalu berhadapan dengan sesuatu yang besar. Karena itu, Mbilung sering merasa miris juga ketika harus berhadapan dengan pihak-pihak yang lebih kaya, lebih berpangkat, dan memiliki posisi lebih tinggi daripada Mbilung. Sebagai pribadi, Mbilung juga sering merasa sedih, karena harus meninggalkan keluarga, demi tugas yang sedang diembannya.
Suyatin, pengrawit pemerhati budaya tradisi, tinggal di Pengasih Kulonprogo
Sumber : Kedaulatan Rakyat_ wayang.wordpress.com


Share this post :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. adeitu prast - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger