TOKOH Togog dan Mbilung
dalam dunia wayang digambarkan selalu mengikuti raja yang berwatak jahat atau
satria yang hanya mengutamakan harta. Togog dan Mbilung adalah dua orang
bersaudara. Togog sebagai kakak dan Mbilung adalah adiknya. Salah satu versi
menyebutkan, bahwa Mbilung berasal dari bayangan Togog yang disabda menjadi
manusia, dan diangkat menjadi adiknya. Versi ini sama dengan hubungan punakawan
Semar dengan Bagong.
Penampilan Togog dan Mbilung dalam panggung wayang
sepintas hanya seperti untuk lelucon. Namun kedua tokoh tersebut sebenarnya
memanggul tugas yang sangat berat. Sebagai pengawal aturan manusia dan juga
sebagai penegak kebenaran, tak beda jauh dengan tugas polisi atau prajurit
Bayangkara. Togog dan Mbilung memang hanya satu, namun di situ berwujud dua,
karena semua itu hanya untuk menggambarkan lahir dan batin manusia, seperti
halnya saat seseorang sedang ngudarasa atau berbicara dengan dirinya sendiri.
Dalam ajaran rohani, hal itu merupakan bisikan baik dan buruk dalam diri
manusia.
SEORANG polisi juga harus tetap tegar menghadapi penjahat,
meskipun ada iming-iming harta benda yang bisa meruntuhkan citra seorang
prajurit Bayangkara. Demikian juga ketika harus menghadapi kejahatan atau
pelanggaran yang dilakukan oleh saudara sendiri, teman sendiri maupun tetangga
sendiri. Hal itu sebagaimana nama lain Togog, yaitu Sanghyang Puguh, yang
berarti tegar, berpendirian kuat dan tak berubah-ubah. Sedangkan Sara berarti
tajam dan wita berasal dari kata suwita atau pengabdian. Seorang polisi
diharapkan selalu tegas lahir maupun batin, serta berjiwa penuh pengabdian di
dalam tugasnya sebagai penegak hukum.
Dalam wayang, Togog memang dapat diartikan sebagai simbol sisi
lahir seorang polisi. Tubuh berbentuk bulat, merupakan kebulatan tekad sebagai
abdi negara dan hamba hukum. Jari tangan selalu menunjuk, artinya selalu
menunjukkan arah benar dan baik. Kepala botak, artinya Togog harus selalu
berpikir cerdas dan cepat tanggap terhadap gelagat akan terjadinya tindak
kejahatan. Kalau kita analogikan Togog dengan Polisi, dua-duanya harus cerdas
menyiasati situasi agar tidak sampai terjadi pertumpahan darah, baik di pihak
polisi sendiri maupun penjahat yang diburu. Mata lebar membelalak, maksudnya
Togog harus selalu jeli dan waspada, juga perlu menjaga keselamatan dirinya
sendiri. Bibir ndower terkesan cerewet, artinya ia berkewajiban juweh
memberikan penyuluhan tentang hukum, agar tercipta kondisi yang sejuk di tengah
masyarakat. Selain itu, bibir Togog juga menggambarkan bagian prosedur tugas
seorang polisi, karena polisi memang diwajibkan memberikan peringatan, baik
melalui lisan maupun dengan peluit atau pistol, sebelum menindak pelanggar atau
penjahat.
Sementara itu, Mbilung yang kepalanya penuh borok juga merupakan
gambaran sisi batin seorang polisi. Bahwa sebagai manusia, seorang polisi
kadang-kadang juga punya keinginan jahat, kaya, dan memiliki sesuatu yang bukan
haknya. Dalam diri Togog, semua keinginan negatif itu hanya ditahan dan
akhirnya mewujud dalam bentuk borok, tidak sampai menjadi tindakan negatif.
Dengan kata lain, hanya sebatas angan-angan.Tubuh Mbilung yang kecil, punya
makna simbolis, bahwa keberadaan Mbilung yang kecil harus selalu berhadapan
dengan sesuatu yang besar. Karena itu, Mbilung sering merasa miris juga ketika
harus berhadapan dengan pihak-pihak yang lebih kaya, lebih berpangkat, dan
memiliki posisi lebih tinggi daripada Mbilung. Sebagai pribadi, Mbilung juga
sering merasa sedih, karena harus meninggalkan keluarga, demi tugas yang sedang
diembannya.
Suyatin, pengrawit pemerhati budaya tradisi, tinggal di
Pengasih Kulonprogo
Sumber : Kedaulatan Rakyat_ wayang.wordpress.com
Post a Comment