Pada minggu lalu penulis bertemu dengan Prof. Dr. Komaruddin Hidayat (Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah) di sebuah toko buku dikawasan Pondok Indah, Jakarta. Pak Komaruddin yang pernah bersama penulis bertugas di BNPT sebagai anggota kelompok ahli sejak 2011 juga mempunyai hobi yang sama dengan penulis yaitu menulis sesuatu dan olahraga golf. Penulis berbahagia saat mantu anak terkecil, cendekiawan Islam yang satu ini bersedia memberikan nasihat perkawinan dan juga doa kepada mempelai berdua. Alhamdulillah.
Nah, pada saat bertemu pembicaraan tidak jauh dari masalah teroris (yang melarikan diri dari lapas Tanjung Gusta), juga berbincang ringan tentang masalah politik. Pengetahuan beliau jelas sangat luas dan penulis mendapat banyak masukan yang sangat menarik. Beliau setiap Jumat rutin menulis untuk sebuah harian ibukota tentang topik menarik yang tidak jauh dilatar belakangi dengan dasar agama, etika, budaya serta norma-norma yang berlaku. Penulis sangat tertarik saat membahas tentang capres dan cawapres yang mulai bermunculan. Sebuah istilah yang menarik disampaikannya, beberapa capres-cawapres yang muncul hanya “mengapung.” Beliau menyampaikan contoh tokoh tersebut.
Kali ini penulis mencoba mempertajam topik mengapung yang dimaksud, untuk melengkapi beberapa artikel ulasan dan ramalan intelijen di bidang politik baik di blog Ramalan Intelijen maupun Kompasiana.
Mengapung menurut pengertian secara umum adalah: pertama yaitu mengambang; terkatung-katung di permukaan air (tidak tenggelam). Kedua mempunyai arti mengawang (di udara), misalnya ; awan putih mengapung di udara tertiup angin.
Pertanyaannya, mengapa dan apakah benar beberapa tokoh yang kini muncul dan bahkan sudah berani mendeklarasikan diri sebagai capres atau cawapres itu serius akan mengejar posisi sebagai pimpinan nasional atau hanya agar tetap mengapung? Penulis mencoba mengulas beberapa tokoh baik dari sisi dukungan parpol maupun posisi individu dan kepatutannya. Ini hanyalah sebuah analisa atau telaahan dengan dasar cara berfikir intelijen, untuk memperluas cakrawala pandang kita bersama. Mohon kesabaran pembaca, karena agak panjang, agar semua fakta menjadi cukup lengkap. Selamat membaca.
Capres/Cawapres Yang Serius dan Yang Mengapung
Aburizal Bakrie
Aburizal Bakrie yang kerap dipanggil Ical dan nama politiknya ARB, dilahirkan di Jakarta, 15 November 1946; umur 67 tahun, adalah pengusaha Indonesia juga merupakan Ketua Umum Partai Golkar sejak 9 Oktober 2009. Ia pernah menjabat Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat dalam Kabinet Indonesia Bersatu. Sebelumnya ia juga pernah menjabat sebagai Menteri Koordinator Perekonomian dalam kabinet yang sama, namun posisinya berubah dalam perombakan yang dilakukan presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 5 Desember 2005.
Deklarasi Aburizal Bakrie sebagai calon presiden 2014 dari Partai Golkar dibacakan langsung 33 perwakilan pimpinan DPD Partai Golkar dalam Rapimnas III Partai Golkar, Minggu 1 Juli 2012. Dalam sambutannya, Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie menyatakan siap maju dalam Pemilu 2014. “Oleh karena itu, kami minta restu kepada masyarakat,” katanya.
ARB sangat serius akan maju, Golkar sebagai kendaraan politiknya semakin kuat. Pada survei LSN, 1-10 Mei 2013, Golkar berada diurutan pertama dengan elektabilitas 19,7 persen. Ketua DPP Partai Golkar Hajriyanto Y Thohari mengatakan, Golkar sebenarnya mempunyai semua prasyarat untuk menang. Pertama, punya modal organisasi yang bagus dari pusat sampai ke daerah; kedua, modal sosial pengalaman; ketiga, modal sumber daya manusia dan intelektual; dan keempat, modal keuangan. Menurut beberapa informasi ARB telah melepas kepemilikannya pada stasiun ANTV kepada Hary Tanoe, dan ARB diberitakan telah menyiapkan dana sekitar Rp 800 milyar untuk menyelesaikan masalah Lapindo.
Dari sisi keterpilihan (elektabilitas), ARB menurut survei LSN diapresiasi responden 16,3 persen. Hasil dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang dilaksanakan antara tanggal 1-8 Maret 2013, elektabilitasnya 20,3 persen, sedang pada survei LSI 1-12 Februari 2012, elektabilitas ARB hanya 10,9 persen. Sejak aktif mengiklankan diri di media miliknya, terlihat elektabilitas ARB serta Golkar nampaknya naik pesat. Baca “Aburizal kini Ancaman Potensial bagi Mega”, http://ramalanintelijen.net/?p=6612. Menurut penulis ARB bukanlah capres mengapung, dia sangat serius mempertaruhkan harta dan bisnisnya untuk menang, dan peluang itu mulai nampak bayangannya. ARB kini melakukanspotting cawapresnya. Salah satu yang diminati adalah Jokowi (Gubernur DKI Jakarta).
Letjen TNI (Pur) Prabowo Subianto
Letnan Jenderal (Purn) Prabowo Subianto Djojohadikusumo (lahir di Jakarta, 17 Oktober 1951; umur 62 tahun) adalah mantan Danjen Kopassus/Pangkostrad, pengusaha dan politisi. Prabowo Subianto (para senior memanggilnya Bowo), sering disebut sebagai seorang jenderal kontroversial. Menurut catatan Wikipedia Prabowo terlibat dalam beberapa kasus saat aktif di Kopassus. Seperti upaya penculikan sejumlah pejabat tinggi militer termasuk Jenderal Benny Murdani. Juga Pada tahun 1990-an, Prabowo diduga terkait dengan sejumlah kasus pelanggaran HAM di Timor Timur. Belum lagi kasus penculikan aktivis, Setidaknya 13 orang, termasuk seniman ‘Teater Rakyat’ Widji Thukul, aktivis Herman Hendrawan, dan Petrus Bima hilang dan belum ditemukan hingga sekarang.
Pada Mei 1998, menurut kesaksian Presiden Habibie dan Letjen Pur Sintong Panjaitan, Prabowo melakukan insubordinasi dan berupaya menggerakkan tentara ke Jakarta dan sekitar kediaman Habibie untuk kudeta. Karena insubordinasi tersebut ia diberhentikan dari posisinya sebagai Panglima Kostrad oleh Wiranto atas instruksi Habibie. Prabowo yang pernah bersama penulis satu angkatan mengikuti pendidikan intelijen (lain jurusan), setelah diberhentikan, pindah ke Yordania, Pangeran Abdullah adalah sahabtnya. Kemudian setelah bertemu di Singapura dengan Kabais TNI (saat itu), Marsdya Ian Santoso, Dubes RI di Singapura Jenderal Pur Luhut Panjahitan, (penulis hadir saat diskusi), Prabowo mendapat clearance, kembali ketanah air dan mulai berbisnis dan terjun ke politik.
Prabowo berhasil menjadi cawapres dari Ibu Megawati pada pemilu 2009 walaupun akhirnya kalah. Kini dengan posisinya sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra elektabilitasnya tertinggi diantara calon struktural parpol. Menurut LSN, elektabilitasnya 22,7 persen, mengalahkan ARB, Wiranto dan Megawati. Partai Gerindra diposisi ketiga (13,9 persen), dibawah Golkar 19,7 persen dan PDI-P 18,3 persen. Menurut survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI), 1-8 Maret 2013, elektabilitas Prabowo Subianto 19,2%, dibawah Aburizal Bakrie 20,3% dan Megawati 20,7%.
Prabowo menurut penulis bukan capres mengapung, dia sangat serius mencoba menggapai posisi tersebut, indikasinya semakin menguat. Prabowo menurut peneliti LSN, Gema Nusantara; publik banyak yang memilih Prabowo, karena merupakan purnawirawan yang dinilai memiliki ketegasan dan antitesa dengan SBY. “Publik sangat mendambakan presiden yang tegas dan tidak ragu-ragu seperti SBY, sehingga Prabowo atau Wiranto lebih diapresiasi publik,” katanya. Menurut penulis, mirip pada awal geliat Partai Demokrat yang bersandar pada kharisma SBY, potensi kekuatan Prabowo apabila semakin dimaksimalkan akan dapat mengatrol Gerindra.
Apabila Gerindra mampu menjadi parpol papan atas pada pemilu 2014, dan dapat menutup kerawanan Bowo, tokoh ini juga berpeluang sukses. Prabowo kini berusaha secara aktif berhubungan dengan Jokowi, dan bukan tidak mungkin sedang melamarnya menjadi cawapresnya. Prabowo mengakui yang berinisiatif Jokowi maju menjadi cagub DKI.
Jenderal TNI (Pur) Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo
Jenderal TNI (Purn) Wiranto (lahir di Kota Yogyakarta, DIY, 4 April 1947; umur 66 tahun) adalah Mantan Panglima TNI (periode 1998-1999), politikus Indonesia dan tokoh militer Indonesia. Wiranto menjadi Menkopolkam di era pemerintahan Gus Dur. Pada 21 Desember 2006, ia mendeklarasikan Partai Hati Nurani Rakyat (Partai Hanura) dan tampil sebagai ketua umum periode 2006-2010, dia kembali terpilih untuk masa jabatan yang kedua (2010-2015).
Hanura disebut sebagai partai tentara, dimana pengurusnya banyak mantan pejabat militer, beberapa diantaranya mantan Kepala Staf Angkatan dan perwira tinggi TNI. Pada pemilu 2004, Wiranto-Gus Sholah tidak berhasil masuk ke putaran kedua, kemudian di tahun 2009 bersama JK yang di dukung Golkar hanya mendapat 12,41 persen, jauh dibawah perolehan SBY-Boed, 60,80 persen dan Mega Prabowo 26,79 persen.
Kini Wiranto dan Hanura mendapat dukungan penuh dari pengusaha Hary Tanoesoedibjo (HT) pengusaha sukses keturunan Tionghoa pendiri jaringan Bakti Investama. Hary baru bergabung ke Partai Hanura setelah mengundurkan diri dari Ormas Nasdem yang kemudian beralih rupa menjadi Partai Nasdem. Di Hanura, Hary, boss MNC Grup itu menjabat sebagai Ketua Dewan Pertimbangan dan Ketua Badan Pemenangan Pemilu. Baca ; “Akan hebat Kolaborasi HT dan Wiranto bagi Hanura,” http://ramalanintelijen.net/?p=6405.
Partai Hanura secara resmi Selasa (2/7/2013) mendeklarasikan Wiranto-Hary Tanoe sebagai capres dan cawapres Golkar untuk Pemilu Presiden 2014. Pencawapresan Hary Tanoe adalah fenomena dan terobosan besar, sejarah baru, meniadakan diskriminasi dan pemikiran anti Cina. Selama Indonesia merdeka selama 68 tahun, belum pernah seorang WNI keturunan Tionghoa diajukan atau mengajukan diri sebagai capres/cawapres. Bagi Hary kalaupun nanti tidak lolos, paling tidak namanya sudah berkibar dekat dengan para Jenderal dan jelas akan mempunyai kekuatan politis.
Menurut LSN dalam surveinya tanggal 1-10 Mei 2013, Partai Hanura mendapat apresiasi responden 6,9 persen. Pertanyaannya apakah dalam waktu kurang sembilan bulan Hanura mampu menjadi parpol papan atas (sekitar 17-18 persen)? Nampaknya berat. Menurut LSN elektabilitas Wiranto 13,2 persen. LSI dalam surveinya 1-8 Maret 2013, menyebutkan elektabilitas Wiranto hanya 8,2 persen. Apakah Wiranto serius untuk menang? Menurut penulis, perhitungannya lemah dengan deklarasi yang terlalu awal bersama HT.
Menurut penulis Wiranto termasuk capres mengapung. Pasangan Wiranto-HT sadar bahwa dengan kondisi saat ini berat dan kemungkinan menangnya kecil. Dalam dua pilpres terdahulu saja gregetnya kecil. Lantas apa yang dicarinya? Tetap eksis, nampaknya itulah jawabannya. Tapi siapa tahu, apabila bersama HT mendapat anugerah momentum? Media dan finansial sudah ada, itulah harapan dan kekuatannya. Sementara beberapa Jenderal pendukung Wiranto kini nampaknya telah hijrah mengikuti gerbong Luhut bergeser ke ARB. Oleh karena itu penulis memasukkan pasangan ini sebagai pasangan capres-cawapres mengapung.
Megawati Soekarnoputri
Megawati merupakan figur yang paling tenang dan kini sulit diduga. Akan kembali maju sebagai play maker ataupun hanya sebagai king maker. Pada saat suaminya Taufik Kiemas masih hidup, disarankan Mega tidak maju dan memilih kader mudanya, Mega tetap bergeming. Yang disampaikan para elit hanyalah prediksi partainya. Ketua DPP PDIP Maruarar Sirait, mengatakan partainya punya potensi sebagai modal untuk memenangi pemilu nanti, yaitu partai yang konsisten dalam perjuangan, memiliki figur yang kuat, partai ideologis, dan akar rumput. Baca, “PDIP, Golkar, Hanura, Gerindra, disukai Pemilih Pemula,” http://ramalanintelijen.net/?p=6855.
Megawati menurut penulis adalah satu-satunya patron tokoh politik di Indonesia. Survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI), 1-8 Maret 2013, elektabilitasnya (20,7 persen), diatas Aburizal Bakrie (20,3 persen) dan Prabowo Subianto (19,2 persen), sementara elektabilitas PDI-P (18,53 persen). Dari survei LSN 1-10 Mei 2013, elektabilitas Mega (13 persen), dibawah Prabowo (22,7 persen), ARB (16,3 persen) dan Wiranto (13,2 persen), sementara elektabilitas PDI-P (18,3 persen).
Dari persepsi hasil survei, Mega masih menjadi salah satu tokoh yang sangat diperhitungkan. Megawati kini menjadi salah satu penentu karena salah satu kadernya, Joko Widodo (Jokowi) kini sedang menjadi idola publik. Pada beberapa survei, elektabilitas Jokowi tertinggi. Bahkan dalam survei internal PDI-P, menurut LSN elektabilitas Jokowi mampu mengalahkan Megawati. Jokowi nampaknya kecil kemungkinannya menjadi capres/cawapres partai diluar PDI-P kecuali mendapat restu Mega. Dengan mudah Jokowi akan menjadi vote getter PDI-P, baik untuk kepentingan partai ataupun apabila dia menjadi cawapres Mega.
Jadi apabila Megawati memutuskan maju sebagai capres, dia bukanlah capres mengapung, tapi serius dan menurut penulis berpeluang terbesar untuk menang. Siapa yang mampu mengalahkan pasangan Mega-Jokowi? Baca artikel penulis “Apakah Mega akan Menyerahkan Tongkat Estafet Calon Presiden?”http://ramalanintelijen.net/?p=6915, dan “Ramalan Intelijen dan Ramalan Jayabaya Presiden 2014,” http://ramalanintelijen.net/?p=4315.
Jokowi, Gubernur DKI Jakarta
Jokowi atau Joko Widodo, yang kini menjadi Gubernur DKI Jakarta adalah tokoh yang sedang menjadi idola publik. Semuanya jelas tidak lepas dari peran media, sehingga dijuluki sebagai media darling. Elektabilitas Jokowi walau belum dicalonkan sebagai capres tetap tertinggi. Survei CSIS yang dilakukan 9-16 April 2012013, elektabilitas Capres Joko Widodo tertinggi 28,6 persen. Tokoh lainnya, Prabowo Subianto 15,6 persen, Aburizal Bakrie 7 persen, Megawati 5,4 persen. Menurut PDB, elektabilitas Joko Widodo (Jokowi) di urutan pertama dengan 21,2 persen, Prabowo 18,4 persen, Megawati 13,0 persen.
Dengan dasar ideologi/kebangsaan (base on ideology), Mega kini sedang mengukur dan menilai Jokowi sebagai salah satu kader unggulannya. Bisa saja Jokowi nanti ditunjuk sebagai capres/cawapres PDI-P, seperti yang terjadi kepada Politisi senior PDIP yang juga mantan ajudan Presiden Soekarno, Sidarto Danusubroto untuk menjadi Ketua MPR. Ketua Fraksi PDI-P Puan Maharani yang juga putri Megawati menegaskan kepada salah satu harian di Ibukota, Senin (22/7), “Jokowi selaku kader PDI Perjuangan tahu diri untuk berbicara soal Pilpres 2014. Sebab keputusan siapa kader PDI-P yang akan diusung sebagai bakal capres hanya ditentukan oleh Ketua Umum Megawati,” katanya. Ini menegaskan bahwa kode etik di PDI-P jelas dan tegas dan penulis setelah pernah bertemu Ibu Mega, melihat karakter dan kewibawaannya.
Menurut penulis, Jokowi tidak akan berani melanggar aturan tersebut. Signal positif kemungkinan Jokowi mungkin diusung sebagai capres PDI-P seperti yang dikatakan tokoh senior PDI-P Tjahyo Kumolo, yang menyatakan bahwa Ketua Umum PDI-P lebih serius memperhatikan elektabilitas Jokowi.
Kedekatan Jokowi dengan rakyat kalangan bawah di Jakarta, serta kesuksesannya dalam mengatasi beberapa masalah terus meningkatkan popularitasnya. Jokowi sukses menormalisasi waduk pluit, membangun kampung deret dan rumah susun. Sikapnya yang sederhana, bersih, jujur, membuat kebijakan yang pro rakyat, dan mau blusukan mendapat nilai tinggi dimata rakyat. Kesuksesan di Jakarta kini berpengaruh signifikan di tingkat nasional. Jokowi belum menjadi calon, tetapi dia mempunyai potensi baik sebagai capres maupun cawapres.
Hatta Rajasa, Menko Ekuin
Hatta yang nama lengkapnya Ir. M. Hatta Radjasa (lahir di Palembang, Sumatera Selatan, 18 Desember 1953; umur 60 tahun), kini menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia sejak 22 Oktober 2009. Sebelumnya ia pernah menjabat sebagai Menteri Sekretaris Negara (2007-2009), Menteri Perhubungan (2004-2007), pemerintahan Presiden SBY dan Menteri Negara Riset dan Teknologi(2001-2004) pada pemerintahan Presiden Megawati.
Sejumlah jabatan penting di partai, legislatif dan eksekutif diembannya. Di partai, dia mencapai puncak sebagai Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional (2010-2015). Hatta telah menjabat empat kali jabatan sebagai menteri pada pemerintahan yang berbeda (Menristek, Menhub, Mensesneg dan Menko Perekonomian).
Elektabilitas Hatta terlihat dari beberapa hasil survei. LSI memaparkan hasil surveinya, ’Mencari Calon Presiden 2014′ di kantor LSI, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (23/2/2012), mencermati tiga tokoh yang belakangan sudah aktif melakukan sosialisasi untuk menjadi calon presiden 2014. Yakni, Prabowo Subianto, Aburizal Bakrie dan Hatta Rajasa. “Prabowo punya kualitas personal terbaik. Kedua, Hatta Rajasa dan ketiga adalah Aburizal Bakrie,” ungkap Saiful Mujani, Direktur eksekutif LSI. Untuk kategori pintar Hatta menduduki urutan pertama dengan 86 persen, Prabowo 85 persen dan Aburizal 84 persen. Kategori ketegasan, Prabowo 82 persen, Hatta 63 persen dan Aburizal 62 persen. Berikutnya kategori bisa dipercaya atau bebas dari korupsi Hatta 41 persen, Prabowo 38 persen dan Aburizal sebesar 34 persen.
Survei dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI) pada 1-8 Maret 2013, kandidat cawapres paling potensial versi survei LSI, jika Pilpres digelar hari ini, hasilnya; Joko Widodo: 35,2 persen, Jusuf Kalla: 21,2 persen, Hatta Rajasa: 17,1 persen, Mahfud MD: 15,1 persen, Suryadharma Ali: 2,9 persen, Muhaimin Iskandar: 2,2 persen, Anis Matta: 1,9 persen, Nama lain (Chairul Tanjung, Gita Wirjawan): 2,1 persen, Belum memutuskan: 2,3 persen.
Survei LSN yang mensurvei capres struktural (pejabat parpol), dilakukan tanggal 1 hingga 10 Mei 2013 ; Prabowo Subianto 22,7%, Aburizal Bakrie 16,3%, Wiranto 13,2%, Megawati Soekarnoputri 13%, Hatta Rajasa 5,2%, Yusril Izha Mahendra 5,1%, Surya Paloh 4,6%, Sutiyoso 1,9%, Anis Matta 1,7%, Marzuki Alie 1,7%, Suryadarma Alie 1,5%.
Nampaknya elektabilitas Hatta Rajasa masih belum stabil, naik turun karena pengaruh citra pemerintahan. Hambatan kedua, walaupun PAN menyatakan akan mengusungnya menjadi capres, nilai tawarnya tidak besar karena PAN masih merupakan parpol papan tengah. Hatta jelas berusaha tampil pada 2014, tetapi nampaknya akan menjadi cawapres.
Letjen TNI (Pur) Sutijoso, Ketum PKPI
Jenderal purnawirawan yang satu ini adalah mantan Gubernur DKI Jakarta (1997-2007). Dilahirkan di Semarang, 6 Desember 1944 (69 tahun). Berdasarkan hasil kongres III PKPI 13 April 2010 di Jakarta, Sutiyoso terpilih sebagai Ketua Umum untuk kepemimpinan partai tahun 2010-2015. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), sebelumnya bernama Partai Keadilan dan Persatuan (PKP). Partai ini dideklarasikan di Jakarta tanggal 15 Januari 1999 dengan Ketua Umum Jenderal TNI (Pur) Edi Sudrajat. PKPI pertama kali ikut serta dalam Pemilu 1999.
Setelah melaksanakan Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) selama tiga hari, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) yang bernomor urut 15 pada Pemilu 2014 ini, secara resmi mengusung Sutiyoso menjadi calon presiden (capres) 2014.
Berdasarkan Survei LSN tanggal 1-10 Mei 2013, elektabilitas PKPI hanya 0,5 persen, diurutan buncit dari 12 parpol peserta pemilu 2014. Jauh dibawah parpol yang juga dipimpin oleh purnawirawan TNI, Prabowo dengan Partai Gerindra di posisi ketiga (13,9 persen), Wiranto dengan Partai Hanura di posisi keempat (6,9 persen) dan SBY dengan Demokrat di posisi kelima (6,1 persen). Sementara Posisi satu diduduki Golkar (19,7 persen) dan posisi kedua PDIP (18,3 persen).
Elektabilitas Sutiyoso ternyata juga masih rendah, hasil survei Indonesia Network Election Survei (INES) yang dilakukan selama periode 18-30 Maret, elektabilitas Sutiyoso masih 0,7 persen. Sementara calon militer lainnya, Prabowo 19,8 persen dan Wiranto 3,3 persen. Dalam beberapa survei lainnya elektabilitas Sutiyoso belum nampak. Dari persepsi publik tersebut, nampaknya berat bagi Sutiyoso untuk mencapai target 5 persen pada pemilu 2014. Melaihat elektabilitasnya yang rendah, walau nampak penuh keyakinan, nampaknya Sutiyoso termasuk capres yang mengapung.
Rhoma Irama, Artis Penyanyi
Sesuai dengan kontrak politik yang sudah ditandatangani, Partai Kebangkitan Bangsa akan all out mendukung Rhoma Irama sebagai calon presiden pada Pemilu 2014 mendatang. Ketua Umum DPP PKB, Muhaimin Iskandar menegaskan, saat kehadiran H Rhoma Irama dan Persatuan Penyadang Cacat Nasional (PPCN) pada Selasa (16/04/2013) merupakan konsolidasi dan ikrar. “Secara resmi PKB mengusung H Rhoma Irama menjadi Capres dari PKB, bila PKB menang, maka semua akan diperjuangkan untuk kesetaraan disemua level, kita akan all out mengusung Bang H Rhoma Irama sebagai pejuang Capres dari PKB,” kata Cak Imin.
Rhoma kembali menekankan dirinya maju bukan didasari ambisi terhadap jabatan, namun karena amanah umat dan ingin memajukan serta mendukung PKB untuk menang pada Pemilu 2014. “Yang terpenting saat ini saya akan membesarkan PKB terlebih dahulu agar mencapai kejayaannya minimal dapat merebut 20 persen suara,” tegasnya. Pengesahan Rhoma sebagai Capres PKB telah disepakati dalam klausal kontrak yang telah ditandatangani antara Rhoma Irama dan Muhaimin Iskandar pada 2 April 2013.
Penulis melihat, Cak Imin khawatir, suara PKB pada pemilu 2014 akan semakin runtuh, dan PKB tidak lolos dari sergapan parliamentary threshold yang 3,5 persen. Pada pemilu 2009, PKB hanya meraih 4,94 persen (27 kursi DPR), merosot dari perolehan 2004 yang 10,57 persen (57 kursi DPR). Karena itu siapapun Rhoma Irama (Partai Kesatria Bergitar), PKB menilai sosoknya mempunyai pengikut serta penggemar yang setia yang cukup besar. Kira-kira demikian cara berfikirnya. (Baca artikel penulis : “Rhoma dan Cak Imin yang saling memanfaatkan”, http://ramalanintelijen.net/?p=6228.
Elektabilitas Rhoma terlihat dari survei yang dilakukan LIPI pada 10-31 Mei 2013, Rhoma Irama sebagai tokoh paling populer di bawah Megawati Soekarnoputri dan Jusuf Kalla. Popularitas Rhoma juga di atas Jokowi dan capres Gerindra Prabowo Subianto. Tetapi elektabilitas Rhoma rendah. Jokowi meraih 22,6% suara,Prabowo dipilih 14,2 persen, Aburizal Bakrie 9,4 persen dan Megawati 9,3 persen, Jusuf Kalla dengan 4,2 persen, Rhoma Irama 3,5 persen, Wiranto 3,4 persen, dan Mahfud MD 1,9 persen. Dari fakta tersebut nampakya memang benar Rhoma dapat dikatakancapres mengapung. Dia hanya dimanfatkan untuk menaikkan perolehan suara PKB. Cerdik memang Cak imin ini.
Capres Konvensi Partai Demokrat, Mengapung?
Konvensi Partai Demokrat akan berlangsung mulai September 2013 – Mei 2014. Konvensi akan digelar oleh komite yang berjumlah tujuh orang dan bertanggung jawab kepada majelis tinggi partai. Sebagai Ketua Umum Partai Demokrat, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah mengumumkan tujuh aturan pokok konvensi calon presiden yang akan diselenggarakan partainya. Dari konvensi itu akan muncul calon tunggal presiden dari Partai Demokrat.
Calon Peserta Konvensi. Ada yang diundang dan ada yang mendaftarkan diri. Nanti resminya akan ditentukan oleh komite konvensi. Kini mulai muncul beberapa calon dan yang mungkin akan terus bertambah. diantaranya adalah :
- Gita Wiryawan yang kini menjabat sebagai Menteri Perdagangan, juga sebagai pengusaha dinilai sukses lewat Ancora Grup. Gita dikenal cukup dekat dengan Cikeas. Gita sangat bersemangat dan akan memiliki panggung Barindo. Peluangnya cukup bagus karena faktor kedekatannya dengan Cikeas dan dia mempunyai dukungan internasional. Strategi Gita yang alumnus Harvard sangat baik, terbukti kini dia duduk menjadi salah satu Menteri Kabinet.
-Chaerul Tanjung (CT) adalah pengusaha yang sukses membangun Trans Corp, kini CT menjabat sebagai ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN). Komite itu di bawah Presiden dan bertugas untuk memberikan masukan dan kajian mengenai ekonomi Indonesia. CT dapat membentuk citra bagi dirinya menjadi lebih kuat, karena dia menguasai jaringan bisnis media Trans Corp (Trans TV, Trans-7 dan Detik.com).
-Rusdi Kirana, nampaknya akan maju sebagai calon, dia dinilai berhasil membangun jaringan bisnis maskapai penerbangan Lion Air. Strategi bisnisnya dibilang sukses dengan kepemilikan sekian ratus armada di Lion Air. Akan tetapi dia belum dikenal di dunia politik.
-Jenderal TNI (Purn) Pramono Edhie Wibowo, Mantan Kasad, adik dari Ibu Ani Yudhoyono, kini menjadi Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat. Pramono mengaku, siap mengikuti konvensi calon presiden Partai Demokrat dan bersaing dengan kandidat lainnya.Selasa (23/7/2013) sore. Hal tersebut dilontarkan pria kelahiran Magelang, 5 Mei 1955 itu, saat mendampingi Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Edhie Baskoro, dalam Silaturahim Ramadan di Pondok Pesantren Miftahul Ulum, Dusun Jatinglasem, Desa Pablengan, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Apabila Pramono bisa meningkatkan elektabilitasnya, dia berpeluang akan memenangkan konvensi dan menjadi capres, atau kemungkinan menjadi cawapres bagi parpol besar lainnya (PDI-P atau Golkar).
-Dino Patti Djalal, Dubes RI untuk AS. Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Nurhayati Ali Assegaf, Rabu 17 Juli 2013 mengungkapkan, Dubes RI untuk Amerika Serikat Dino Patti Djalal akan ikut dalam konvensi partainya untuk menjaring calon presiden. Dino adalah mantan Juru Bicara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Menurut Nurhayati, Dino ikut konvensi setelah diusulkan komunitas duta besar. SBY pun selaku Ketua Umum Partai Demokrat sudah membuka pintu bagi Dino. Sebab, kata dia, SBY ingin memberikan kesempatan pada semua orang mewujudkan mimpinya jadi presiden. Dino mempunyai jaringan cukup bagus, dan mempunyai peluang menjadi Kepala BKPM, dia akan all out tampil. Cerdas dan jaringannya luas sebagai mantan jubir presiden.
- Irman Gusman, Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD), salah satu kandidat peserta konvensi. Meski mengaku sudah ditawari secara langsung oleh Susilo Bambang Yudhoyono untuk ikut konvensi, Irman belum menyiapkan diri untuk kampanye. Meski begitu, Irman optimis bisa merebut hati masyarakat dengan modal pengalaman selama 15 tahun berada di Senayan. Elektabilitas Irman masih belum nampak. Penulis agak pesimis Irman menang pada konvensi.
-Moh Jumhur Hidayat, Kepala BNP2TKI, telah dideklarasikan sebagai peserta konvensi. Deklarasi yang berlangsung di Gelanggang Olahraga KONI Jawa Barat di Bandung, Ahad ini dihadiri ribuan anggota dan keluarga aliansi buruh dari Serikat Pekerja Nasional (SPN), Gabungan Serikat Pekerja Merdeka Indonesia (Gaspermindo) dan Serikat Pekerja Tekstil Sandang dan Kulit Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SP TSK SPSI), GOBSI, KSBSI, SBSI dan SPOI. Walau didukung demikian banyak serikat buruh, track record Jumhur di dunia politik masih lemah. Pemberitaan atas kasus-kasus negatif TKI di Arab justru akan menyulitkannya.
-Jenderal (Purn) Endriartono Sutarto, Mantan Panglima TNI mengaku mendapat undangan untuk mengikuti konvensi penjaringan calon presiden (capres) dari Partai Demokrat. Bahkan, dirinya dihubungi langsung oleh Sekretaris Dewan Pembina Partai Demokrat Jero Wacik. Sutarto yang alumnus Akabri 1971 akan sulit bermain didua kaki Demokrat dan Nasdem, hal ini akan menyulitkan kenaikan elektabilitasnya.
-Marzuki Alie, Ketua DPR RI, Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat berminat ikut mendaftar. Marzuki mengaku sudah beberapa kali menerima nasihat dan masukan dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terkait rencananya untuk maju dalam konvensi calon presiden Partai Demokrat. Walau sebagai kader PD, nampaknya Marzuki akan sulit bersaing dengan Pramono dan Gita. Kehadirannya dinilai mewakili kader lama dari Demokrat.
-Jenderal TNI (Pur) Djoko Santoso, mantan Panglima TNI menyatakan berkeinginan ikut konvensi, hanya belum diundang. Peluangnya termasuk tidak besar, karena selama ini kiprahnya tidak menyentuh Partai Demokrat. Semangatnya dapat dikatakan oleh elit PD sebagai penggembira.
-Prof Mahfud MD. Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Mahfud MD, mengaku telah menerima undangan resmi dari Majelis Tinggi Partai Demokrat untuk mengikuti seleksi sebagai calon presiden melalui jalur konvensi. Ia pun menyatakan ketertarikannya. Yang membuatnya tertarik, kata Mahfud, karena adanya jaminan dari Majelis Tinggi Partai Demokrat bahwa konvensi dilaksanakan oleh komite konvensi yang independen dan adanya jaminan bahwa tak ada figur yang dianak-emaskan dalam konvensi tersebut. Selain itu penentuan pemenang konvensi bukanlah internal Partai Demokrat atau komite konvensi, melainkan hasil survei yang dilakukan oleh sejumlah lembaga survei pada masyarakat pemilih.
Mahfud kini mengatakan bahwa terminal terakhirnya sebenarnya PKB. Akan tetapi PKB lebih cenderung memilih Rhoma Irama sebagai capres, karena Rhoma dinilai bagus sebagai vote getter. Mahfud pernah terpilih sebagai tokoh terbaik dalam survei opinion leader versi Lembaga Survei Indonesia pada 28 November 2012. Baca “Menakar Capres Survei LSI, Mahfud, JK, Dahlan dan SMI”, http://ramalanintelijen.net/?p=6035.
-Dahlan Iskan, Dahlan Iskan lahir di Magetan, Jawa Timur, 17 Agustus 1951; umur 62 tahun (Tanggal 17 itu bukanlah tanggal sebenarnya dia lahir, tetapi karena orang tuanya tidak tahu pasti kapan dia lahir maka dahlan iskan memilih sendiri tanggal tersebut sebagai tanggal lahirnya). Dahlan termasuk salah satu raja media, dia adalah CEO surat kabar Jawa Pos dan Jawa Pos Group, yang berkantor pusat di Surabaya. Sejak 23 Desember 2009 Dahlan diangkat sebagai Direktur Utama PLN. Pada tanggal 19 Oktober 2011, dalam reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu II, Dahlan Iskan dipercaya presiden sebagai Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara.
Jawa Pos kini oplagnya 300.000 eksemplar. Lima tahun kemudian dia membentuk Jawa Pos News Network (JPNN), salah satu jaringan surat kabar terbesar di Indonesia yang memiliki 134 surat kabar, tabloid, dan majalah, serta 40 jaringan percetakan di Indonesia. Pada tahun 2002, ia mendirikan stasiun televisi lokal JTV di Surabaya, yang kemudian diikuti Batam TV di Batam dan Riau TV di Pekanbaru. Selain memimpin Grup Jawa Pos, Dahlan juga presiden direktur dari dua perusahaan pembangkit listrik swasta: PT Cahaya Fajar Kaltim di Kalimantan Timur dan PT Prima Electric Power di Surabaya.
Beberapa langkahnya menarik perhatian karena dia sering turun kebawah mengatasi masalah, seperti penertiban kemacetan pintu tol. Dahlan dikenal dekat hubungannya dengan Cikeas. Rasa percaya dirinya dalam mengikuti konvensi cukup tinggi. Dari sisi elektabilitas, dalam survei Lembaga survei Jakarta (LSJ), yang dilakukan pada 4 Februari-16 Maret 2013 kategori capres alternatif, Dahlan Iskan di posisi tertinggi dengan 17,1 persen suara.
Hasil survei Lembaga Survei Jakarta (LJI) tentang capres alternatif, Dahlan dipilih oleh 17,2 persen, selanjutnya Mahfud MD (13,1 persen), Rhoma Irama (10,8 persen), Abraham Samad (5,2 persen), Sri Mulyani Indrawati (3,9 persen), Chairul Tanjung (3,6 persen), Djoko Suyanto (2,8 persen), Rizal Ramli (2,5 persen), Pramono Edhi Wibowo (1,9 persen), Irman Gusman (1,4 persen), Gita Wirjawan (1,3 persen), dan Anies Baswedan (1,1 persen). Dahlan sangat mungkin menaikkan elektabilitasnya dengan media yang dimilikinya, komitment dan hubungannya dengan Cikeas dinilai sangat baik. Dahlan mempunyai peluang memenangkan konvensi. Baca, ‘Survei Metro TV, Jokowi dan Dahlan Iskan Capres terkuat 2014, Benarkah?,” http://ramalanintelijen.net/?p=5995.
Kemana arah konvensi Partai Demokrat
Nampaknya SBY selama ini tidak melihat adanya calon potensial di Partai Demokrat yang cukup kuat dan sudah mempunyai elektabilitas yang tinggi. Oleh karena itu, SBY mencoba menjaring tokoh diluar parpolnya yang akan diajukan setelah melalui sebuah proses panjang. Memang pada awalnya timbul kecurigaan dukungan terhadap iparnya Pramono Edhie, tetapi apabila pada batas pengajuan, elektabilitas tetap tidak memenuhi syarat elektabilitas, nampaknya SBY akan menunjuk calon lainnya yang menonjol saat berakhirnya batasan konvensi. Baca, “SBY Berbicara Tentang Capres 2014,” http://ramalanintelijen.net/?p=6992, dan ”Apa strategi dibalik Konvensi Demokrat?, http://ramalanintelijen.net/?p=6923.
Yang menarik, dua tokoh yang dekat dengan SBY, dan mempunyai potensi besar menjadi capres, Ibu Ani Yudhoyono dan Marsekal TNI (Pur) Djoko Suyanto nampaknya tidak akan maju. Ani sudah resmi menyatakan tidak akan maju, dan Djoko Suyanto penulis mengetahui dan langsung mendengar sendiri menyatakan tidak akan maju.
Dari pengalaman konvensi, nampak adanya kelemahan dan kerawanan. Contoh dari konvensi Golkar pada Pilpres 2004 adalah bukti tidak efektifnya pola konvensi. Wiranto yg berpasangan dengan Salahuddin Wahid saat itu sebagai pemenang konvensi tidak mampu lolos ke putaran kedua kalau dari pasangan SBY-JK dan Mega-Hasyim Muzadi. Menurut Direktur Indo Barometer, M Qodari, kegagalan konvensi Golkar adalah contoh tidak adanya ikatan batin antara elite partai, kader, konstituen, dan simpatisan. “Akibatnya, capres yang dipilih melalui konvensi dengan menghabiskan dana yang sangat besar, ternyata tidak didukung oleh elite partai lainnya. Ibarat mendorong mobil mogok, capres hasil konvensi jalan sendiri,” katanya.
Jadi para pemenang konvensi hanya merupakan alat untuk mengangkat citra demokratis Partai Demokrat. Dengan metoda tersebut, justru sebelum maju sebagai capres, para calon sudah dapat dikatakan mengapung. Peluang menangnya agak kecil dibandingkan capres lain sebuah parpol mengajukan kadernya sendiri.
Kesimpulan
Dari berbagai fakta dan data tersebut diatas, nampaknya secara tersamar mulai terlihat sebuah peta baik peta pemilu legislatif maupun calon presiden. Yang pasti parpol yang akan memiliki capres hanyalah dari partai nasionalis papan atas. Tokoh Islam yang muncul sementara ini hanyalah Mahfud MD. Partai yang mampu membentuk koalisi pada pilpres 2014 sementara ini menurut hasil survei baru partai Golkar dan PDI-P. Walau kini Partai Demokrat elektabilitasnya dibawah 8 persen, dengan strateginya serta bantuan citra BLSM, PD diperkirakan akan berhasil menaikkan elektabilitasnya disekitar 10-12 persen. Baca, “SBY Berbicara Tentang Capres 2014″, http://ramalanintelijen.net/?p=6992, “Perebutan Citra Soal BBM, BLSM, Pak SBY Pemenangnya”, http://ramalanintelijen.net/?p=6978, “Keliru bila Meng-”underestimate” SBY dan Partai Demokrat pada 2014″, http://ramalanintelijen.net/?p=6821, “Kekuatan SBY di 2014 dan Strategi Sun Tzu”, http://ramalanintelijen.net/?p=6297.
Golkar akan semakin menguat, termasuk ARB, dengan langkah all out melepas ANTV dan terus beriklan di TV One. PDI-P yang tidak memiliki media, akan sepenuhnya mengandalkan jejaring partai dan daya tarik Jokowi. Gerindra akan ikut terangkat dengan naiknya elektabilitas Prabowo yang terus beriklan. Hanura diperkirakan akan terus meningkat elektabilitasnya seiring upaya all out HT dengan senjata media. Tiga parpol lainnya yang kemungkinan salah satunya akan menguat sejajar dengan Golkar dan PDI-P adalah Gerindra, Hanura dan Demokrat.
Para capres yang akan bersaing dengan serius adalah Megawati, Jokowi, Aburizal Bakrie, Prabowo dan Wiranto. Penulis belum dapat mengatakan capres dari partai Demokrat, mengingat belum selesainya konvensi. Calon terkuat pemenang konvensi adalah satu diantara empat tokoh, Dahlan Iskan, Mahfud MD, Pramono Edhie dan Gita Wiryawan. Para calon akan naik elektabilitasnya selama mampu memberikan harapan kepada masyarakat akan adanya perubahan yang lebih baik.
Demikian sebuah telaahan, semoga ada manfaatnya bagi kita semua. Salam hangat.
Oleh : Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan, Pengamat Intelijen_Politik Kompasiana
Post a Comment