Jakarta - Ada perubahan besar yang dirasakan di tubuh Satuan Polisi
Pamong Praja (Satpol PP) DKI Jakarta. Pasukan penjaga ketentraman dan
ketertiban ibu kota ini biasanya jadi "musuh" masyarakat kecil karena
identik dengan sikap arogan dan kasar dengan modal pentungan dan tameng.
Tindakan kasar aparat Satpol PP itu biasanya begitu kentara ketika melakukan penertiban pedagang kaki lima. Dalam urusan gusur-menggusur, petugas Satpol PP tak segan-segan mengobrak-abrik lapak PKL disertai dengan bentakan dan pukulan pentungan.
Tindakan kasar aparat Satpol PP itu biasanya begitu kentara ketika melakukan penertiban pedagang kaki lima. Dalam urusan gusur-menggusur, petugas Satpol PP tak segan-segan mengobrak-abrik lapak PKL disertai dengan bentakan dan pukulan pentungan.
Tapi itu dulu. Kini di bawah kepemimpinan
Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, yang belum genap satu tahun, Satpol PP sudah
banyak jauh beda. Perubahan yang mendasar di internal Satpol PP itu diakui
Kepala Satpol PP DKI Kukuh Hadisantoso bersumber dari sosok sang gubernur yang
akrab disapa Jokowi.
Kukuh menekankan Jokowi sudah sangat jelas menginstruksikan kepada Satpol PP agar dalam menjalankan tugas tidak lagi bertindak kasar. "Yang kita hadapi ini kan saudara-saudara kita, bukan musuh atau lawan kita," kata Kukuh mengingat pesan Jokowi saat ditemui detikcom Jumat pekan lalu. "Mereka juga bekerja untuk makan dan untuk hidup."
Kukuh menekankan Jokowi sudah sangat jelas menginstruksikan kepada Satpol PP agar dalam menjalankan tugas tidak lagi bertindak kasar. "Yang kita hadapi ini kan saudara-saudara kita, bukan musuh atau lawan kita," kata Kukuh mengingat pesan Jokowi saat ditemui detikcom Jumat pekan lalu. "Mereka juga bekerja untuk makan dan untuk hidup."
Pendekatan Satpol PP yang lebih persuasif,
menurut anggotanya, memang karena ada perintah dari pimpinan. Salah seorang
anggota Satpol PP, Endang Martoni, 49 tahun, mengaku dulu mereka bersikap keras
karena sistem kerja yang ditanamkan saat itu menuntut mereka untuk harus keras.
“Dahulu perintahnya lain sama sekarang, dulu setiap kita melingkar (operasi) ada pedagang langsung digaruk, diangkat. Sekarang perintahnya harus mengimbau dulu,” kata Endang saat ditemui detikcom ketika tengah berjaga di Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jumat sore pekan lalu.
“Dahulu perintahnya lain sama sekarang, dulu setiap kita melingkar (operasi) ada pedagang langsung digaruk, diangkat. Sekarang perintahnya harus mengimbau dulu,” kata Endang saat ditemui detikcom ketika tengah berjaga di Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jumat sore pekan lalu.
Pria yang telah bergabung di Satpol PP sejak
zaman Sutiyoso pada tahun 2000 itu mengaku tugasnya pun kini jadi terasa lebih
ringan karena hampir tak ada perlawanan dari pedagang. “Biasanya (dulu) cara
menertibkannya kasar, setiap pedagang juga jadi emosi karena dulu penyampaian
kita juga salah," ujar Endang mengakui.
Di Pasar Minggu, Sulaiman, 36 tahun, pun mengakui
banyak perbedaan saat melakukan penertiban dalam kesatuannya. Pria yang sudah
12 tahun jadi anggota Satpol PP ini mengaku dulu mereka arogan dan kasar karena
faktor lingkungan.
“Kebawa-bawa sama senior yang dulu gayanya juga
begitu. Pentungan kita bawa untuk geser-geser barang dagangan, dulu kalau sudah
dibilang sekali dua kali tidak mau geser ya barangnya kita angkat,” kata dia
kepada detikcom, Jumat siang pekan lalu.
Namun, sejak era kepemimpinan Jokowi, ada satu
perubahan di tubuh Satpol PP. “Pak Jokowi bilang enggak usah main cara kasar,
ya sekarang ini sudah tidak kasar lagi,” kata ayah dua anak itu. “Bapak kan
pedagang, dan kita petugas tapi ini trotoar dan jalan raya untuk sarana apa,”
begitu cara dia berkomunikasi dengan pedagang saat menertibkan PKL Pasar
Minggu, pada Lebaran lalu.
Post a Comment