Kehidupan para guru di
pedalaman selalu menarik, lucu, tapi sekaligus juga menyedihkan. Di pedalaman
Mensalong, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur, misalnya, para guru bertekad
agar murid-muridnya "betah" di kelas dan menimba ilmu dari mereka.
Petang baru merambat ketika speed boat mulai merapat di pelabuhan speed boat
Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur. Bau keruh sungai Sesayap Hilir terasa
menusuk hidung. Airnya yang kecoklatan menandakan sungai dengan lebar mencapai
170 meter tersebut tampaknya sedang keruh dan surut.
Dari dermaga itu, perjalanan masih terus dilanjutkan dengan transportasi darat
menuju Desa Mensalong. Padahal, lelah menempuh perjalanan 3 jam dari Pelabuhan
Tengkayu, Tarakan, Kalimantan Timur, ke dermaga angkutan sungai ini belum juga
pudar. Badan rasanya masih pegal-pegal karena duduk terlalu lama. Belum lagi
terpaan angin yang terus-menerus menubruk badan karena perahu mesin ini tak ada
istirahatnya selama tiga jam mengarungi sungai.
Hari sudah gelap ketika perjalanan dimulai dengan melewati rute
trans-Kalimantan. Beberapa bagian jalan tampak rusak dan berlubang. Bahkan,
perjalanan sempat memotong rute, lantaran ada jembatan yang roboh dan sedang
dalam perbaikan.
Satu jam berselang, sampailah di Desa Mensalong. Desa ini ternyata sudah masuk
dalam kawasan Kabupaten Nunukan, yang merupakan wilayah perbatasan antara
Indonesia dan Malaysia. Di sebuah wisma yang sederhana di desa tersebut,
perjalanan seharian ini akhirnya berujung.
Cara Pandang
Selama beberapa hari, 5-7 Oktober 2009, redaksi Kompas.com berkunjung ke
wilayah Kabupaten Malinau dan Nunukan untuk mengintip kegiatan para guru dalam
mengajar murid-muridnya. Kunjungan itu sekaligus untuk melihat hasil Program
Pelatihan Pengembangan Profesionalisme Guru dan Kepala Sekolah Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mereka ikuti di Tarakan, Kalimantan
Timur, beberapa bulan lalu, yang digelar oleh Tanoto Foundation.
"Di kota sudah banyak orang pintar, saya pikir orang seperti saya tidak
diperlukan di sana, karena itu saya lebih baik memilih mengabdi di sini
saja," ujar Suwarni yang datang berkunjung ke wisma, Senin (5/10).
Suwarni, lelaki yang sejak 1995 mengabdi sebagai guru di Nunukan, ini datang
ditemani rekannya, Sugimun. Sugimun juga seorang guru. Keduanya kini menjadi
pengajar di SMPN 1 Lumbis, Kabupaten Nunukan.
"Di sini saya merasa betah karena tantangannya banyak, khususnya untuk
bisa meyakinkan orangtua mau membawa anaknya sekolah dan bersemangat untuk tak
putus menimba ilmu," ujar Suwarni, yang baru satu setengah tahun ini
menjabat sebagai Kepala Sekolah SMPN 1 Lumbis.
Padahal, tahun-tahun sekitar awal kedatangannya ke wilayah ini, kata Suwarni,
diakuinya sangat berat. Dia mengakui, agak berat memboyong istrinya untuk
menemaninya menjadi guru di pedalaman Kalimantan Timur ini. Karena sebelumnya,
sejak 1990 sampai 1995, Suwarni sudah bekerja sebagai guru di sebuah sekolah
swasta milik perusahaan BUMN. Kendati mendapatkan gaji sebesar Rp 800.000, pekerjaan
itu ditinggalkannya.
Menjadi guru pegawai negeri sipil (PNS), gaji Suwarni saat itu hanya Rp
124.000. Jumlah tersebut, lanjutnya, harus cukup untuk menghidupi dirinya dan
sang istri di rumah dinas. Suwarni akui, ia nekat di samping juga punya tekad.
"Nekat disertai tekad, tantangan itu bisa kami lewati, yang tersulit
justru membuat siswa senang belajar dan orangtua juga mau menyekolahkan anaknya,"
tambah Suwarni.
Salah satu caranya, kata Suwarni, mengubah pandangan orangtua yang kaku
terhadap dunia pendidikan. Caranya, dia menceritakan kepada para orangtua
tersebut bahwa banyak siswanya yang telah berhasil bekerja di kota dan menjadi
"orang" karena sekolah.
Cara tersebut berhasil, strategi Suwarni "termakan". Selain itu,
ujarnya, Suwarni juga membuka ekstrakurikuler Pramuka di sekolah tersebut.
Diajaknya para siswa berkemah dan berkelana. Cara ini membuat sosok Suwarni pun
mulai disukai para siswa.
"Saya hanya berusaha membuka wawasan baru, cara pandang baru tentang
pendidikan, khususnya kepada para penduduk asli yang merupakan mayoritas
penghuni sekolah," tandas Suwarni.
Post a Comment